Jangan pernah memulai lagi
Disini hati terlalu lelah untuk bertarung
Sejuta pengkhianatan merobohkanku
Di satu sudut indah tempat malaikat sering duduk merenungi tugas
Tak ada keberanian tersisa sekarang
Lebam mengoyak kayu menjelma arang
Aku ingin meneyeberangi danau itu
Dimana kabut tipis begitu cantik menari di ujung senja
Lihatlah kedalam sini
Perabotan yang usang karena gelora remaja
Tinggal kesadaran terduduk kesepian
Di atas kursi bermalas-malasan dalam udara yang dingin
Engkau tak pernah menjengukku
Karena terlalu asyik bermain di tepi kali kita dulu
Kerinduan menyelinap diam-diam tapi ketahuan
Lari dia secepat kilat, menyisakan pecahan perih dengan senggolan kecurangan
Jangan Pernah memulai lagi
Belum bosankah engkau dengan mainanmu yang menjemukan
Rasa belum lagi usai bersemadi memulihkan luka
Setelah kekalahan demi kekalahan tertusuk beling
Tak ada cinta tersisa kini
Hanyut dalam sungai terbawa arus menuju muara kebekuan
Tinggal diri angkuh menutup rapat gerbang angin
Menjadi penjaga pada rumah yang tak berpenghuni
Kamu tak akan pernah mampu menerangi
Karena cahaya muak pada dinding malam tertutupi awan basah
Tak pernah bulan menyembul pada badai kepengecutan
Cintamu tak berarti di dalam kemanusiaan yang telah mati
Jangan pernah memulai lagi
Berbisik hatiku yang sedang terluka
Padahal baru saja darahku berdesir
Ketika matamu mengerdip manja dan angin membawa harummu ke arahku
Bandung, 30 Juni 2006
Friday, February 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment