Sayang, perawanilah diriku malam ini
Hanya ini waktu yang kau punya
Lakukanlah sesukamu, bertahun-tahun kau hamburkan kata cinta
Toh hanya ini yang kau butuhkan
Kekasih, perawanilah diriku
Ambillah untukmu, sebab setelah ini kan kuhirup udara kebebasanku
Bertahun dalam cengkeramanmu, takut dan cemas kehilangan cintamu
Menghamba dan meringkuk di pojok kelaki-lakianmu
Laki-lakiku perawanilah diriku
Besok aku akan terlahir kembali
Renggutlah darah pertama untuk birahimu
Perangkap raja-raja jaman purba
Lihatlah senyumku
Tidak seperti tangis berjuta perempuan biasa
Seolah hidup hanya sebatas keperawanan
Sebatas bercak darah di seprei dan celana dalam
Bajinganku
Coba katakan cinta sekali lagi
Aku ingin mendengar dan melihat matamu. Masih samakah???
Ah tidak kau sudah lewat, aku tak lagi mencintaimu, begitu juga engkau
Lihatlah tubuhku
Aku sudah kau perawani
Tak ada yang berubah
Selain sayap kebebasan yang tumbuh setelahnya
Dengan sayap itu
Aku akan terbang mencari kesejatian
Cinta dari seseorang, mungkin dua
Yang dikepalanya, tak bercokol dogma dan mistik malam pertama
Giessen, 11 Oktober 2007
Thursday, October 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
hi capung merah..
aku sudah mengagumi urai kata dalam puisimu dan pemikiranmu lewat essay2mu sejak lama.. namun tak pernah punya nyali untuk menyanjung.. tapi kali ini itu semua tak dapat lagi kusimpan dalam bukit kalbu yang meninggi..
kata2 indahmu membius, memabukkan tapi sekaligus menyeretku dalam pencerahan alam nyata..
membuatku ingin memaknai hidup dan menahan segala rasa yang saat ini ingin meluap keluar..
terimakasih capung merah.. karena kau sudah terbang melintas di hadapanku..
tya,
sorry baru menuliskan comment, salam kenal yahh, syukurlah jika apa yang tersaji disini bisa punya arti.
Salam,
iphoel
Post a Comment